Sambas Mulai Memperhitungkan Penyu dalam Agenda Pembangunan

Friday, August 21, 2009
Sambas, Kalimantan Barat dalam rangka pengelolaan habitat peteluran penyu di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Pesisir Paloh yang membentang hingga perbatasan Serawak, merupakan pantai peteluran jenis-jenis Penyu Hijau, Penyu Lekang, Penyu Sisik dan pernah ditemukan juga Penyu Belimbing.
Bupati Sambas, Ir. H. Burhanuddin A. Rasyid, dalam pembukaan lokakarya mengatakan, “Kami mengundang berbagai pihak dalam lokakarya ini, untuk bersama-sama memikirkan dan mencari solusi terbaik untuk pengelolaan sumber daya pesisir. Kami menyadari bahwa penyu adalah satwa langka, namun tetap bisa dimanfaatkan asalkan non-ekstraktif. Inilah tujuan lokakarya kita hari ini.”
Pemerintah Kabupaten Sambas di waktu lampau mengeluarkan ijin konsesi telur penyu kepada pihak ketiga untuk meningkatkan pendapatan daerah. Namun sejak tahun 2005 Pemkab Sambas telah mencabut konsesi tersebut, dan menetapkan Taman Wisata Alam Tanjung Belimbing sebagai situs konservasi penyu, yang dikelola oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dengan sumberdaya dan cakupan kerja yang terbatas.
Bekerjasama dengan WWF-Indonesia, lokakarya ini membicarakan rencana pengelolaan pesisir Kab. Sambas sebagai kawasan konservasi penyu. Bentuk yang diwacanakan adalah kawasan konservasi laut
daerah, dengan bentuk pengelolaan multi pihak, suatu bentuk yang memadai untuk mengakomodir kebutuhan konservasi nasional namun pengelolaannya dapat dilakukan oleh konstituen di tingkat lokal. WWF melihat habitat peteluran di Paloh memiliki konektivitas dengan populasi penyu di laut Sulu. Hasil pemantauan WWF menunjukkan bahwa kawasan Paloh adalah ruaya pakan dan habitat peteluran untuk penyu-penyu yang datang dari Laut Sulu dan Laut Sulawesi.
Pemantauan penyu secara intensif dilakukan di Serawak, di Turtle Island di Sabah dan di Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur. Jalur migrasi yang dipantau menunjukkan bahwa kawasan pesisir Paloh dan pantai Selatan Kalimantan, juga dikunjungi oleh penyu-penyu dari Serawak dan Derawan.
“Data kami menunjukkan bahwa seluruh keliling Pulau Kalimantan adalah habitat penyu, baik ruaya pakan maupun habitat peteluran,” ujar Creusa Hitipeuw, Koordinator Program Penyu Nasional WWF-Indonesia.
“Karena itu, upaya perlindungannya tidak cukup hanya dilakukan di Serawak, Sabah dan Derawan, melainkan perlu dibangun jejaring dengan tempat-tempat lain di bagian Barat dan Selatan,” tambah Creusa.
Hadir dalam lokakarya ini perwakilan dari Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan, Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan, serta perwakilan dari Kabupaten Wakatobi, yang sudah terlebih dahulu mengelola seluruh kawasan kabupatennya sejalan dengan konservasi, untuk berbagi pengalaman.

Sumber : WWF-Indonesia

0 comments:

Post a Comment