Scientific Classification of Sea Turtles

Friday, November 25, 2011

CLASS - REPTILIA

  1. Reptiles are a class of cold-blooded vertebrates - their body temperature varies with their environment. Reptiles include snakes, lizards, crocodiles, and turtles.
  2. Reptiles have scaly skin, breathe air with lungs, and have a three-chambered heart.
  3. Most reptiles lay eggs, although some produce eggs that hatch internally.

ORDER - TESTUDINES

This order includes all turtles and tortoises. It is divided into three suborders: Pleurodira (side-necked turtles), Cryptodira (freshwater turtles, snapping turtles, tortoises, soft-shelled turtles, and sea turtles), and Amphichelydia (a suborder of turtles that is now extinct).

FAMILIES

Most scientists recognize two families of sea turtles:

  1. Family Cheloniidae includes all sea turtles with scutes (horny plates) covering their shells.
  2. Family Dermochelyidae are scuteless turtles with only one modern species; the leatherback turtle. A leatherback turtle is covered with leathery skin. It is the only marine turtle whose backbone is not attached to the inside of its shell.

GENUS, SPECIES

Most scientists recognize seven species and one subspecies of sea turtles:

1. green (Chelonia mydas); two subspecies the green (Chelonia mydas mydas) and the black or Eastern Pacific green turtle (Chelonia mydas agassizii)


black sea turtle (Chelonia mydas agassizii)


green sea turtle (Chelonia mydas mydas)


2. loggerhead (Caretta caretta)




3. Kemp's ridley (Lepidochelys kempii)




4. olive ridley (Lepidochelys olivacea)



5. hawksbill (Eretmochelys imbricate)




6. flatback (Natator depressus)



leatherback (Dermochelys coriacea)


READ MORE - Scientific Classification of Sea Turtles

PROSES BERTELUR PENYU, KITA MESTI TAHU !

Wednesday, November 23, 2011
Ketika seekor penyu terlihat bergerak dipantai, kita sangat tidak disarankan untuk mengganggu penyu tersebut. Tahapan-tahapan yang akan dilakukan seekor penyu saat bertelur mesti kita pahami. Beberapa tahapan sangat sensitif terhadap gangguan, sedangkan beberapa tahapan yang lain masih bisa ditolerir oleh penyu. Berikut akan disajikan proses bertelur penyu yang dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

Klik gambar untuk melihat proses lebih jelas
Penjelasan:
Pada tahapan ke 1 sampai 4, penyu mudah terganggu dan akan segera kembali ke laut. Pemantuan harus dilakukan dari jarak relatif jauh, tidak berisik dan tidak boleh menyalakan sinar.

Tahapan 5, penyu akan menggunakan ke-empat ekstremitasnya menggali pasir untuk menanam tubuhnya. Pemantau tetap mesti menjaga jarak, tidak berisik dan tidak boleh menyalakan sinar.

Tahapan 6, lubang vertikal sedalam sekitar 60 cm dan selebar sejengkal orang dewasa akan digali oleh penyu dengan ekstremitas belakang. Saat ini penyu masih mudah terganggu oleh pergerakan dan sinar.

Tahapan 7, sejumlah 80 hingga 150 butir telur akan dikeluarkan melalui kloaka.

Pada tahapan 8 dan 9, menunjukkan periode saat sensitifitas penyu relatif rendah; sinar, pergerakan dan sinar terang bisa ditolerir. Pada tahapan ini, akan ditandai penutupan lubang telur yang dilakukan dengan ekstremitas belakang dan lubang tubuh yang dilakukan dengan ke-empat ekstremitas. Kita tetap mesti menjaga jarak, agar tidak terkena siraman pasir.

Tahapan 10 dan 11, saat penyu bergerak ke arah laut, sinar akan cenderung membuatnya dis-orientasi, sehingga lampu senter mesti dimatikan. Sepanjang pada waktu dan arah yang sama tidak ada penyu yang naik ke pantai, kita masih bisa mengikuti gerakan penyu hingga batas air dengan berendap-endap.

Waktu yang dibutuhkan oleh seekor penyu dari saat muncul dari laut hingga kembali ke laut bervariasi antara 1 – 11 jam, tergantung jenis penyu, tingkat gangguan yang dihadapinya di pantai, serta kondisi fisik pantai yang bersangkutan. Umumnya penyu hijau hanya memerlukan waktu sekita 2 – 3 jam untuk melaksanakan proses ini dan penyu lekang bisa ± 1 jam saja.

Informasi ini diambil dari e-book Panduan Melakukan Pemantauan Populasi Penyu di Pantai Peneluran di Indonesia oleh I.B. Windia Adnyana dan Creusa Hitipeauw, WWF-Indonesia dan Universitas Udayana Bali.

Diharapkan informasi ini berguna sebelum kita memutuskan untuk melihat/memantau proses bertelur penyu.
READ MORE - PROSES BERTELUR PENYU, KITA MESTI TAHU !

BEBERAPA MORFOLOGI TRACK

Friday, January 8, 2010
Morfologi track adalah penentu jenis penyu. Identifikasi jenis dengan cara ini membutuhkan pengalaman dan keterampilan yang baik, terutama untuk membedakan track penyu Tempayan, Sisik dan penyu Lekang. Gambaran yang diamati adalah lebar serta simetris atau tidaknya suatu track/lintasan penyu di pantai peneluran. Lebar track diukur dengan meteran pita. Lebar track penyu Belimbing kurang lebih 150 cm, penyu Hijau kurang lebih 100 cm, penyu Pipih kurang lebih 90 cm, penyu Tempayan > 90 cm, penyu Sisik kurang lebih 75 cm, dan penyu Sisik Semu kurang lebih80 cm. Penyu Belimbing, Hijau, dan penyu Pipih meninggalkan jejak yang simetris, sedangkan penyu Tempayan, Sisik dan Sisik Semu memiliki track yang tidak simetris.

Track simetris berdiameter sekitar 100 cm adalah karakteristik yang dimiliki penyu Hijau (kiri). Gambar kanan menunjukkan track yang berakhir dengan sarang telur penyu. Jejak naik (A), pasir-pasir yang ‘dilempar ke belakang’ ke arah jejak naik (B), lubang tubuh sekunder dan lemparan pasir di sekitarnya (C), dan jejak turun ke laut (D) adalah sangat nyata. Garis pasang tertinggi (E). Dikutip dari “Research Management Techniques for the Conservation of Sea Turtles. IUCN/SSC Marine Turtle Specialist Group Publication No. 4.

Track berbentuk U seperti ini adalah ciri memeti (penyu naik, tapi tidak bertelur).










Contoh beberapa jenis track yang tak menghasilkan sarang telur penyu. Penyu bergerak ekstensif tapi tak ada tanda terbentuknya lubang tubuh dan lubang telur (A); Penyu bergerak mengikuti bentuk huruf U ke arah garis pasang tertinggi (B); Ada indikasi penggalian lubang tubuh namun tak ada tanda-tanda terjadinya proses penutupan lubang (D); Ada proses penggalian lubang tubuh dan lubang telur, namun tidak ada proses penutupan lubang (C); Track menunjukkan panjang saat naik relatif sama dengan saat turun (E); Garis pasang tertinggi (F). Dikutip dari “Research Management Techniques for the Conservation of Sea Turtles. IUCN/SSC Marine Turtle Specialist Group Publication No. 4.


















































Sumber : WWF-Indonesia

READ MORE - BEBERAPA MORFOLOGI TRACK

JENIS DAN MORFOLOGI PENYU LAUT

Sunday, December 13, 2009
A. Taksonomi Penyu
Menurut Jatu (2007), taksonomi penyu digolongkan dalam:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Order : Testudines
Suborder : Cryptodira
Superfamily : Chelonioidea (Bauer, 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel, 1811)
Species :
1) Chelonia mydas (Penyu hijau)
2) Eretmochelys imbricate (Penyu sisik)
3) Lepidochelys kempi (Penyu lekang kempii)
4) Lepidochelys olivacea (Penyu lekang)
5) Natator depressus (Penyu pipih)
6) Caretta caretta (Penyu tempayan)
Family : Dermochelyidae
Species : Dermochelys coriacea (Penyu belimbing)

B. Morfologi Penyu
Secara morfologi, penyu mempunyai keunikan-keunikan tersendiri dibandingkan hewan-hewan lainnya. Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung atau karapas kerasyang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk. karapas tersebut mempunyai fungsi sebagai pelindung alami dari predator. Penutup pada bagian dada dan perut disebut dengan plastron. Ciri khas penyu secara morfologis terletak pada terdapatnya sisik infra marginal (sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat alat gerak berupa flipper. Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang befungsi sebagai alat kemudi. Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu.
Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan (Rifqi, 2008). Penyu memiliki sepasang tungkai depannya yang berupa kaki pendayung, ini memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walau selama bertahun-tahun berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap
harus naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 – 73 hari (Wikipedia, 2007).
Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itupun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan predator alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik (anak penyu) tersebut menyentuh perairan dalam. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jurassic (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Penyu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, atau juga penyu cimochelys, yang berenang di laut purba seperti penyu masa kini (Wikipedia, 2007).
Menurut Wikipedia Indonesia terdapat tujuh jenis penyu di dunia. Ketujuh penyu tersebut adalah:
1. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
Penyu belimbing telah bertahan hidup selama lebih dari ratusan juta tahun, kini spesies ini menghadapi kepunahan. Selama dua puluh tahun terakhir jumlah spesies ini menurun dengan cepat, khususnya di kawasan pasifik, hanya sekitar 2.300 betina dewasa yang tersisa. Hal ini menempatkan penyu belimbing pasifik menjadi penyu laut yang paling terancam populasinya di dunia. Di kawasan Pasifik, seperti di Indonesia, populasinya hanya tersisa sedikit dari sebelumnya (2.983 sarang pada
1999 dari 13000 sarang pada tahun 1984). Untuk mengatasi hal tersebut, pada tanggal 28 Agustus 2006 tiga Negara yaitu Indonesia, Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon telah sepakat untuk melindungi habitat penyu belimbing melalui MoU Tri National Partnership Agreement (WWF, 2008).
Gambar 1. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) (IUCN, tanpa tahun)
Menurut Jatu (2007), taksonomi penyu belimbing:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Order : Testudines
Suborder : Cryptodira
Superfamily : Chelonioidea (Bauer, 1893)
Family : Dermochelyidae
Spesies : Dermochelys coriacea
Nama lokal : Penyu belimbing
Penyu belimbing memiliki karapas berwarna gelap dengan bintik putih. Ukuran penyu belimbing dapat mencapai 180 cm dan berat mencapai 500 kg. Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan kawasan sub kutub dan biasa bertelur di pantai-pantai di kawasan tropis. Spesies ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di lautan terbuka dan hanya muncul ke daratan pada saat bertelur. Penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per musim, setiap kali sebanyak 60 sampai 129 telur. Penyu belimbing bertelur setiap dua atau tiga tahun dengan masa inkubasi sekitar 60 hari (WWF, 2008).

2. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
Penyu hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di laut tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan paruhnya yang tumpul. Dinamai penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi warna lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna hijau. Tubuhnya bisa berwarna abu-abu, kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Daging jenis penyu inilah yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia terutama di Bali. Mungkin karena orang memburu dagingnya maka penyu ini kadang-kadang pula disebut penyu daging. Penyu hijau dewasa hidup di hamparan padang rumput dan ganggang. Berat penyu hijau dapat mencapai 400 kg, namun di Asia Tenggara yang tumbuh paling besar sekitar separuh ukuran ini. Penyu hijau di Barat Daya kepulauan Hawai kadang kala ditemukan mendarat pada waktu siang untuk berjemur panas. Anak-anak penyu hijau (tukik), setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan.
Tukik penyu hijau yang berada di sekitar Teluk California hanya memakan alga merah. Penyu hijau akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali. Ketika penyu hijau masih muda mereka makan berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran sekitar 20-30 cm, mereka berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut (ikan mania, 2004)
Gambar 2. Penyu hijau (Chelonia mydas) (IUCN, tanpa tahun).
Pada tahun 1971, Hirth mengklasifikasikan penyu hijau sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Sub Class : Anapsida
Ordo : Testudinata
Sub Ordo : Cryptodira
Family : Cheloniidae
Spesies : Chelonia mydas
Nama lokal : Penyu hijau

3. Penyu Pipih (Natator depressus)
Penyu pipih dalam bahasa Inggris bernama flatback turtle. Pemberian nama flatback turtle karena sisik marginal sangat rata (flat) dan sedikit melengkung di sisi luarnya. Di awal abad 20, spesies ini sempat agak ramai diperdebatkan oleh para ahli. Sebagian orang memasukkannya ke dalam genus Chelonia, namun setelah diteliti dengan seksama para ahli sepakat memasukkannya ke dalam genus Natator, satusatunya yang tersisa hingga saat ini. Jenis ini karnivora sekaligus herbivora. Mereka memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang, dan invertebrata lainnya (Wikipedia, 2007).
Gambar 3. Penyu pipih (Natator depressus) (IUCN, tanpa tahun).
Menurut Jatu (2007), taksonomi penyu pipih adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Sub Class : Anapsida
Ordo : Testudines
Sub Ordo : Cryptodira
Superfamily : Cheloniidea (Bauer, 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel, 1811)
Spesies : Natator depressus
Nama lokal : Penyu pipih

4. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
Dalam bahasa Inggris, penyu ini dikenal dengan nama olive ridley turtle. Penampilan penyu lekang ini adalah serupa dengan penyu hijau tetapi kepalanya secara komparatif lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan bersudut. Tubuhnya berwarna hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di sisi sampingnya dan merupakan penyu terkecil di antara semua jenis penyu yang ada saat ini. Seperti halnya penyu tempayan, penyu lekang juga karnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis (Wikipedia, 2007).
Gambar 4. Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) (IUCN, tanpa tahun).
Menurut Jatu (2007), taksonomi penyu lekang adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudines
Sub Ordo : Cryptodira
Superfamily : Cheloniidea (Bauer, 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel, 1811)
Spesies : Lepidochelys olivacea
Nama lokal : Penyu lekang

5. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate)
Penyu sisik atau dikenal sebagai hawksbill turtle karena paruhnya tajam dan menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung elang. Demikian pula karena sisiknya yang tumpang tindih/over lapping (imbricate) seperti sisik ikan maka orang menamainya penyu sisik. Ciri-ciri umum adalah warna karapasnya bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna kekuningkuningan. Terdapat dua pasang sisik prefrontal. Sisiknya (disebut bekko dalam bahasa Jepang) banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan tangan terutama di Jepang untuk membuat pin, sisir, bingkai kacamata dll. Sebagian besar bertelur di pulau-pulau terpencil. Penyu sisik selalu memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur. Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau makanan yang berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon. Mereka juga memakan udang dan cumi-cumi (Wikipedia, 2007).
Gambar 5. Penyu sisik (Eretmochelys imbricate) (IUCN, tanpa tahun).
Menurut Jatu (2007), taksonomi penyu sisik adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudines
Sub Ordo : Cryptodira
Superfamily : Cheloniidea (Bauer, 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel, 1811)
Spesies : Eretmochelys imbricate
Nama lokal : Penyu sisik

6. Penyu Tempayan (Caretta caretta)
Penyu ini dalam bahasa Inggris bernama loggerhead turtle. Warna karapasnya coklat kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang bertumpuk (overlap) salah satu ciri mengenali penyu tempayan. Disamping itu, terdapat lima buah sisik di kepala bagian depan (prefrontal), umumnya terdapat empat pasang sisik coastal. Lima buah sisik vertebral. Plastron berwarna coklat muda sampai kuning. Penyu tempayan termasuk jenis karnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan yang hidup di dasar laut seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain. Penyu tempayan memiliki rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan kulit kerang (Wikipedia, 2007).
Penyu tempayan dapat dijumpai hampir di semua lautan di dunia. Hewan ini memiliki panjang 70 cm -210 cm dengan berat 135 kg – 400 kg. Penyu tempayan memiliki kebiasaan akan kembali ke pantai tempat asal ia menetas untuk bertelur. Penyu tempayan mulai bertelur setelah berumur 20 – 30 tahun dan mempunyai masa penetasan telur selama 60 hari (Wikipedia, 2007).
Gambar 6. Penyu tempayan (Caretta caretta) (IUCN, tanpa tahun).
Menurut Jatu (2007), taksonomi penyu tempayan adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudines
Sub Ordo : Cryptodira
Superfamily : Cheloniidea (Bauer, 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel, 1811)
Spesies : Caretta caretta
Nama lokal : Penyu tempayan

7. Penyu Lekang Kempii (Lepidochelys kempi)
Dalam bahasa Inggris spesies ini disebut sebagai Kemp’s ridley turtle. Tubuhnya mirip dengan penyu lekang hanya sedikit lebih besar. Kata Kemp’s pada Kemp’s ridley turtle digunakan untuk mengenang Richard Kemp yang telah meneliti jenis ini sehingga bisa dibedakan dengan penyu lekang. Tidak seorangpun tahu makna kata “ridley” di tengah nama mereka. Sebagian orang berpendapat kata tersebut mungkin berasal dari kata “riddle” atau “riddler” (teka-teki) karena memang teka-teki selalu ditimbulkan oleh penyu jenis ini. Tidak ada yang tahu dari mana spesies ini datang dan di mana feeding ground mereka.
Genus Lepidochelys ini sering kali melakukan peneluran secara bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar yang dikenal dengan sebutan arribada (Spanyol) yang berarti arrival (Inggris). Pada 1947, Kemp’s ridley turtle melakukan peneluran yang sangat spektakuler dengan jumlah induk sekitar 40 ribu ekor bertelur secara bersamaan di pantai sepanjang 300 km di Rancho Nuevo (Mexico) di siang hari. Hal ini kemungkinan bertujuan untuk memastikan sebagian telur akan terselamatkan walaupan sebagian lagi akan dimakan pemangsa. Seperti halnya penyu tempayan, penyu lekang kempii termasuk jenis karnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis (Wikipedia, 2007).
Gambar 7. Penyu lekang kempii (Lepidochelys kempi) (IUCN, tanpa tahun).
Menurut Jatu (2007), klasifikasi penyu lekang kempii adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudines
Sub Ordo : Cryptodira
Superfamily : Cheloniidea (Bauer, 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel, 1811)
Spesies : Lepidochelys kempi
Nama lokal : Penyu lekang kempi
Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia, penyu mengalami berbagai kesulitan. Manusia seringkali merusak habitat penyu bertelur. Manusia juga memburu telurtelur penyu dan penyu-penyu dewasa sehingga menurunkan tingkat pertumbuhan populasi penyu. Hal tersebut semakin diperparah dengan adanya polusi yang disebabkan oleh manusia berupa tumpahan minyak dari pengeboran minyak di lepas pantai dan plastik yang dapat merusak habitat penyu
Beberapa upaya telah dilakukan untuk melestarikan penyu. Salah satunya adalah dengan pengelolaan kelestarian penyu yang berkelanjutan. Bentuk pengelolaan itu adalah melalui penangkaran penyu. Penangkaran penyu yang ada di Indonesia antara lain penangkaran penyu sisik di Pulau Pramuka, penangkaran penyu sisik di Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS), program penyelamatan penyu di Kuta, dan penangkaran penyu Sukamaju di Pekon Muara Tembulih. Dengan adanya pengelolaan ini, diharapkan masyarakat akan lebih peduli terhadap kelestarian penyu.
READ MORE - JENIS DAN MORFOLOGI PENYU LAUT

AWAS BAHAYA !

Sunday, November 22, 2009
Penyu (daging, organ, darah, dan telur) terindikasi mengandung parasit, bakteria berbahaya seperti E.Coli dan Salmonella, biotoksin, dan zat pencemar seperti logam berat, karena:
1. Penyu berenang mengarungi laut yang semakin tercemar
2. Penyu berumur panjang, sehingga lama berkontak dengan laut yang tercemar
3. Penyu berada di tingkat atas rantai makanan, sehingga zat pencemar di dalam makanannya terakumulasi di dalam tubuh penyu
Kandungan ini terbukti memberikan dampak berupa gangguan syaraf, penyakit ginjal, kanker hati serta berpengaruh pada perkembangan janin dan anak (A. Alonso Aguirre, et.al, EcoHealth Journal Consortium, 2006).
Sumber: WWF-Indonesia
READ MORE - AWAS BAHAYA !

Mitos VS Fakta tentang Telur Penyu


1. Mitos: Dipercaya bahwa telur penyu berkhasiat untuk meningkatkan gairah seksualkaum pria.
Fakta: Telur penyu mengandung kolesterol yang sangat tinggi dibanding telur ayam, sehingga berpotensi untuk menyumbat pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di sekitar alat vital pria. Alhasil, mengkonsumsi telur penyu justru meningkatkan resiko terjadinya impotensi di kemudian hari.
2. Mitos: Telur penyu dipercaya mengandung protein jauh lebih tinggi dari telur ayam
Fakta: kandungan protein pada telur penyu tidak jauh berbeda dengan yang terdapat pada telur ayam. Kandungan protein pada telur penyu 13.04%, sementara kandungan protein pada telur ayam 11.8%. sementara kandungan lemak pada telur penyu 2x lebih tinggi dari pada lemak pada telur ayam. ni dapat berdampak pada meningkatnya jumlah olesterol pada tubuh. (Irawaty dan Harfiandri, 2004).
Sumber: WWF-Indonesia
READ MORE - Mitos VS Fakta tentang Telur Penyu

Perburuan Telur Penyu Kembali Marak

Wednesday, October 21, 2009
Kamis, 22 Oktober 2009
Laporan wartawan KOMPAS Christoporus Wahyu Haryo P

PONTIANAK - Perburuan liar telur Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) di pesisir barat laut Kalimantan Barat, tepatnya di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, kembali marak dalam 1,5 bulan terakhir. Jumlah pemburu telur dari satwa dilindungi itu juga semakin bertambah.

Sebelumnya, perburuan itu sempat terhenti sebulan, tepatnya setelah kasus perburuan dan penjualan telur penyu yang didalangi tenaga kontrak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar bernama Latif dan jaringannya terkuak, akhir Juli lalu. Latif yang sebelumnya dipercaya menjaga dan menangkarkan telur penyu di Taman Wisata Alam (TWA) Belimbing tersebut, sejak awal Agustus dipecat oleh BKSDA Kalbar.

"Perburuan telur di luar kawasan TWA Belimbing, tepatnya di sepanjang pantai dari Sungai Belacan hingga Tanjung Kemuning, juga menjadi-jadi. Pelakunya masih sama dan malah ia sudah menambah tenaga pemburu telur hingga sekarang berjumlah 10 orang. Sebelumnya hanya delapan orang yang memburu telur di sana," kata petugas Turtle Monitoring Officer WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat Dwi Suprapti.

Kawasan pantai sepanjang 63 kilometer di Kecamatan Paloh merupakan habitat bagi penyu untuk bertelur. Pada musim puncak penyu bertelur, yakni pada bulan Juni-Agustus, tiap malam ada lebih dari 30 ekor penyu betina yang membuat sarang di pantai dan bertelur. Tiap sarang terdapat sekitar 113-180 butir telur. Di luar musim puncak bertelur itu, penyu yang mendarat ke pantai dan bertelur ada sekitar 5-10 ekor per malam.

Di samping perburuan telur penyu, menurut Dwi, peredaran telur penyu yang dipasarkan hingga Serawak, Malaysia, juga kembali marak. Polanya masih sama, yakni diselundupkan melalui Temajo, katanya.

Koordinator WWF-Indonesia Program Kalbar Hermayani Putera menyayangkan praktek perburuan liar dan penyelundupan telur penyu tersebut. Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah tindakan hukum secara represif, bukan lagi persuasif. Langkah ini penting untuk menghentikan perburuan dan menimbulkan efek jera bagi pemburu liar.

"Kami mendorong aparat terkait setempat untuk melakukan patroli bersama. Sudah ada kesepahaman bersama dan mereka berkomitmen untuk menindak tegas pelakunya," kata Hermayani.

Saat dimintai tanggapan tentang maraknya kembali perburuan liar telur penyu itu, Kepala Bidang Humas Polda Kalbar Ajun Komisaris Besar Suhadi SW menyatakan, kepolisian akan menyelidiki kasusnya. Jika memang ditemukan adanya perburuan liar telur penyu di sana, pelakunya tentu akan kita tindak tegas," katanya.

Sumber: www.kompas.com
READ MORE - Perburuan Telur Penyu Kembali Marak